Betapa tidak, di saat status sosialnya sudah begitu tinggi dan terhormat, namun. saat bercengkrana dan 'maota' lepas dibarengi gelak tawa dengan 'adik-adiknya' wartawan Pasaman, Pak Benny malah mengutarakan keinginanya untuk beternak ayam kampung serta memelihara jawi, di ladang pinang.miliknya, di Tikalak, Jorong V Nagari Tanjuang Baringin. 

"Waktu ketek dulu, Uda lah suko juo bataranak ayam dan mamaliharo bantiang. Kini kini ko muncul lo baliak keinginan tu. Rencana ka Uda buek di ladang di Tikalak. Ayam kampuang tambah bantiang agak 2 atau 3 ikua. Kok Sia nan taragak mangopi jo Uda nantik, pai lah ka Tikalak, kalau ado nan taragak menggoreng ayam agak saikua, buliah dibaok pulang," cerita Pak Benny kepada teman-teman wartawannya. 

Cukup banyak masukan dari wartawan tentang bagaimana mengurus ternak ayam kampung serta pasarnya ke depan. Dan jelas terlihat malam itu, sebagian wartawan yang punya naluri bisnis, mulai terpancing untuk juga mau memulai usaha ternak ayam di rumah mereka masing-masing. 

Point lain yang tersirat di bincang bincang ringan nan familiar malam itu, adalah keakraban tanpa sekat antara seorang pejabat pusat dengan wartawan daerah. Bagi yang tak kenal siapa saja orang yang berkumpul ditempat itu, mungkin menduga semuanya adalah wartawan, dengan status sosial sama. 

Suasana inilah yang amat sulit dijumpai sekarang, menyatunya pejabat dengan kelompok masyarakat dalam frekuensi sama, membahas hal-hal ringan yang bisa dilakukan semua kalangan, tanpa sikap-sikap ego, keangkuhan, maupun kesombongan.(Fauzan)